Kolose 3:23
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
Bacaan Alkitab setahun: Amsal 8; Yohanes 18; 1 Raja-Raja 3-4
Kebanyakan orang akan langsung berpikir soal kebaktian di hari
minggu saat mendengar kata 'ibadah.' Bahkan, beberapa orang memasukan proses
siap-siap dan perjalanan ke gereja sebagai rangkaian dari proses ibadah.
Sebagai seorang gadis kecil, saya mendengar kata penyembahan
lebih banyak digunakan sebagai kata benda dibandingkan dengan kata kerja. Sejak
pagi, Ibu saya akan berkata, "cepat dong siap-siapnya, kita kan mau pergi
beribadah." Atau "Kita nggak mau telah buat beribadah."
"Jangan lupa bawa Alkitab. Kita mau berangkat ibadah."
Saat saya mulai mencari definisi ibadah di internet, saya di
bawa oleh mesin pencarian pada kata kunci berikut: kebaktian Minggu, kebaktian
tengah Minggu, baptisan, pernikahan, pemakaman, - dimana semua ini merupakan
bukan arti yang sebenarnya.
Lalu, apa pemahaman kita tentang kata ibadah? Pasti ada
banyak kata yang terlintas dalam pikiran kita, seperti rasa syukur, rasa
hormat, bentuk kasih, penyembahan, pujian, persembahan, berserah diri, dan
pelayanan.
Maria memberi kita gambaran yang idnah soal ibadah dalam
Yohanes 12:3, "Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni
yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya;
dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu."
Ia berlutut di kaki Yesus untuk membasuh kakiNya dengan
parfum dan menyekanya dengan rambutnya. Coba mulai bayangkan bagaimana reaksi
orang lain saat mendapati sikap Maria yang melakukan tindakan tersebut. Parfum
tersebut sungguh mahal, bisa saja ia jual dan uangnya dia pakai untuk
persembahan.
Yudas Iskariot bahkan merasa kalau tindakan Maria ini
sangatlah bodoh, sebab ia menyia-nyiakan parfum yang mahal di kaki Yesus. Ia
berpendapat bahwa seharusnya minyak tersebut dijual dan uangnya digunakan untuk
merawat orang miskin.
Tetapi Yesus menegur Yudas dengan mengatakan bahwa orang
miskin itu selalu ada, tetapi Dia tidak. Dengan kata lain, tindakan Maria ini
dilakukan karena ia sedang berada di pelataran Tuhan dan mengambil waktu
tersebut untuk menunjukkan kasih dan hormatnya kepada Tuhan. Yesus menerima tindakan
Maria ini sebagai tindakan ibadah yang murni.
Apakah kita, secara berkala sudah melakukan ibadah yang
murni kepada Yesus?
Mungkin kita merasa kalau sudah melakukannya. Kita pergi ke
gereja hampir setiap Minggu. Kita juga pergi pada perayaan lainnya. Tetapi,
ibadah yang dimaksud disini merupakan sebuah ungkapan kasih yang tulus kepada
Yesus.
Mungkin sebagain dari kita tidak menganggap ibadah sebagai
sebuah rutinitas harian. Ibadah yang sejati merupakan tindakan yang dilakukan
dari hati. Beberapa mungkin termasuk:
1. Merawat anak-anak
kita. Anak-anak merupakan sebuah hadiah dari Tuhan. Merawat hadiah yang
telah Tuhan berikan buat kita bisa menjadi sebuah tindakan ibadah juga kasih
kita kepada Tuhan. Kita merupakan tangan dan kakiNya, sehingga Ia mau kita
menggunakan tangan dan kaki ini untuk memberkati orang banyak.
Kalau suatu waktu kamu melihat seorang anak atau cucu,
cobalah lihat mata mereka secara mendalam. Mereka akan merefleksikan kasih
Tuhan dengan cara yang sangat unik. Dan bagaimana respon kita terhadap hal itu
merupakan salah satu bentuk ibadah yang sejati.
2. Mengunjungi
tetangga atau teman yang tidak bisa bepergian. Ini merupakan cara kita
untuk membawa kasih kita langsung buat sesama dengan memberikan waktu yang kita
miliki.
3. Pekerjaan kita
merupakan ibadah kepada Tuhan.
Dalam Kolose 3:23, "Apa pun juga yang kamu perbuat,
perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia."
Kebanyakan kita fokus pada tepuk tangan dan pengakuan dari
orang lain. Namun, ketika kita benar-benar mengikuti panggilan hidup kita dan
mencurahkan diri kita kedalamnya, itu merupakan sebuah tindakan hormat kepada
Tuhan. Ini menjadi tindakan ibadah yang sejati yang akan dilihat oleh orang
lain.
Meskipun kita tidak
berlutut secara langsung di bawah kaki Yesus, kita dapat menciptakan ibadah
yang sejati lewat setiap hal yang kita lakukan dalam keseharian.
Jadi, apa yang kita bisa tawarkan kepada Tuhan hari ini?
Hak Cipta © 2019 Linda J. Gilden, digunakan dengan izin.